Kondisi Kriminalitas Indonesia Tahun 2022
Kondisi kriminalitas di Indonesia bervariasi tergantung pada wilayah, jenis kejahatan, serta upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh aparat keamanan. Beberapa faktor yang memengaruhi tingkat kriminalitas di Indonesia antara lain pertumbuhan populasi, ketimpangan ekonomi, urbanisasi, dan akses terhadap pendidikan.
International Classification of Crime for Statistical Purposes (ICCS) dan KUHP mengkategorikan kejahatan pembunuhan sebagai bentuk kejahatan yang paling ekstrem dan memiliki tingkat keseriusan paling tinggi. Dengan demikian, ketersediaan indikator tentang jumlah kasus kejahatan pembunuhan dapat mengindikasikan lemah dan kurangnya tingkat keamanan di masyarakat. Selain itu, indikator terkait jumlah kasus kejahatan pembunuhan juga menunjukkan risiko yang dihadapi masyarakat terhadap kematian akibat pembunuhan. Berdasarkan data Kepolisian Republik Indonesia dalam publikasi BPS jumlah kasus kejahatan pembunuhan pada tahun 2022 lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan data BPS yang dikumpulkan melalui Survei Ekonomi Nasional (SUSENAS) korban kekerasan yang melaporkan kepada polisi semakin meningkat setiap tahunnya menunjukkan akses terhadap keadilan, sistem pelaporan, kesadaran untuk melapor, serta kepercayaan kepada pihak berwenang telah meningkat. Meskipun meningkat, hanya sekitar 50% korban kekerasan yang berani melaporkan kepada polisi, artinya tidak sedikit pula korban kekerasan yang masih belum percaya dengan sistem pelaporan terhadap tindak kejahatan kekerasan.
Begitu pula data proporsi penduduk yang menjadi korban kejahatan kekerasan lebih banyak dialami oleh Laki-laki dibandingkan perempuan, dan cenderung menurun tiap tahunnya, serta mengalami stagnansi pada tahun 2022. Cakupan kejahatan kekerasan yang dimaksud meliputi penganiayaan, pencurian dengan kekerasan, dan pelecehan seksual.
Kemudian dibandingkan dengan negara lainnya, Menurut Global Organized Crime Index Indonesia berada di peringkat 20 dari 193 negara, hal ini menunjukkan kondisi kriminalitas Indonesia yang tinggi dan mengkhawatirkan.
Secara detail kriminalitas di Indonesia dapat kita amati dari berbagai aspek menurut OCI yaitu :
Manusia - Perdagangan manusia merupakan masalah yang mengkhawatirkan di Indonesia, yang merupakan negara asal, transit dan tujuan orang-orang yang diperdagangkan. Selain itu, pelaku perdagangan manusia mengeksploitasi perempuan dan anak perempuan dalam kerja paksa untuk menjadi pekerja rumah tangga, dan anak-anak mungkin dipaksa untuk berpartisipasi dalam perdagangan narkoba. Pandemi membuat kelas pekerja Indonesia lebih rentan, terutama perempuan dan anak-anak yang kehilangan tabungan dan lebih rentan terhadap eksploitasi. Warga negara Myanmar juga dilaporkan semakin rentan terhadap perdagangan manusia di Indonesia. Indonesia juga merupakan negara sumber, transit, dan tujuan penyelundupan manusia yang tinggi, yang seringkali dikaitkan dengan migrasi tenaga kerja, yang difasilitasi oleh agen perekrutan. Arus migrasi sepanjang jalur laut dari Indonesia ke Malaysia masih berbahaya dan terkadang berakibat fatal, dimana penyelundupan terutama difasilitasi oleh nelayan Indonesia yang mengangkut para pencari suaka.
Perdagangan - Proliferasi senjata telah mengakibatkan meningkatnya angka kekerasan dan konflik komunal di wilayah seperti Ambon, Maluku dan Poso di Sulawesi Tengah. Namun, pasar senjata lebih kecil di daerah lain di Indonesia, dan distribusi senjata ringan di Indonesia rendah dibandingkan dengan negara-negara di kawasannya. Barang palsu merupakan masalah besar di Indonesia, karena negara ini merupakan tempat transit barang palsu karena kedekatannya dengan Tiongkok dan pasar lokal untuk barang palsu. Indonesia telah ditandai sebagai negara yang menjadi perhatian internasional karena kurangnya perlindungan kekayaan intelektual dan tindakan penegakan hukum. Pandemi COVID-19 telah menyebabkan lonjakan penjualan tembakau ilegal di negara-negara Asia, dan rokok menjadi salah satu barang yang paling sering diselundupkan di wilayah tersebut.
Lingkungan - Perdagangan kayu mempunyai dampak negatif yang besar terhadap lingkungan hidup, hubungan sosial dan perekonomian Indonesia, dengan hilangnya pendapatan bukan pajak sebesar miliaran dolar per tahun. Meskipun ada upaya untuk mengekang perdagangan kayu, termasuk penerapan sistem verifikasi legalitas kayu, penerapannya masih lemah, dan sistem hukum gagal menghukum mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan tersebut. Faktanya, penduduk setempat yang melakukan pembalakan liar sering kali dihukum, sementara mereka yang mendanai dan mengambil keuntungan dari pembalakan liar menghindari tuntutan.
Indonesia juga menghadapi perdagangan satwa liar ilegal secara besar-besaran, dengan pemburu liar yang mengincar spesies langka seperti harimau, trenggiling, kakatua, dan orangutan. Pasar ini merupakan salah satu pasar kriminal terbesar di negara ini, yang memiliki banyak tumpang tindih dengan pasar perdagangan satwa liar yang sah.
Penambangan ilegal dan pengeboran sumber daya tak terbarukan merupakan permasalahan besar di Indonesia, dimana jutaan orang berpartisipasi di seluruh negeri. Pasar pertambangan ilegal menghasilkan miliaran dolar setiap tahunnya, menjadikannya salah satu pasar kriminal paling signifikan di Indonesia dan Asia Tenggara. Sumatera Selatan, yang merupakan rumah bagi cadangan batu bara terbesar di Indonesia, memiliki ratusan ribu hektar lahan yang ditempati oleh operasi penambangan ilegal.
Narkoba - Perdagangan narkoba merupakan pasar kriminal yang cukup besar di Indonesia, namun perdagangan heroin relatif kecil dibandingkan negara-negara lain di kawasannya. Bali adalah salah satu tempat paling populer untuk konsumsi kokain dan penggunaan narkoba lainnya. Meskipun penggunaan kokain di Indonesia tergolong moderat, narkoba semakin banyak dijual melalui platform media sosial dan diangkut melalui pos. Perdagangan narkoba sintetis di Indonesia sedang berkembang pesat, dengan metamfetamin menjadi narkoba yang paling banyak digunakan dan disita. Perdagangan obat-obatan sintetik terus menjadi lebih lazim, dan konsumsi obat-obatan secara umum telah meningkat secara signifikan di negara ini.
Kejahatan Siber (Cyber-Dependent Crimes) - Indonesia merupakan salah satu negara dengan ekonomi digital terbesar di dunia, namun kerentanannya terhadap serangan siber semakin mengkhawatirkan. Selama pandemi COVID-19, serangan siber meningkat lima kali lipat, sehingga regulasi dan penegakan perlindungan data menjadi semakin sulit, terutama ketika pemerintah dituduh menggunakan malware siber dan perangkat lunak pengawasan untuk melawan para pengkritiknya. Penjahat dunia maya telah memanfaatkan pandemi ini dengan membuat aplikasi palsu untuk memantau COVID-19, yang mengakibatkan korban yang tidak menaruh curiga secara tidak sengaja memasang malware di perangkat mereka.
Kejahatan Keuangan - Sindikat kejahatan keuangan terus-menerus menemukan cara-cara baru untuk menyusup ke sistem keuangan demi mendapatkan keuntungan, dan banyak bank di kawasan Asia-Pasifik melaporkan bahwa layanan digital baru telah menyebabkan peningkatan kerugian akibat penipuan keuangan online.
Pelaku Kriminal - Kelompok-kelompok mafia terlibat dalam berbagai sektor, termasuk properti, perjudian, narkoba, dealer mobil, kehutanan, pertambangan dan manufaktur. Kelompok bergaya mafia lainnya di Indonesia termasuk milisi bergaya paramiliter, yang memiliki sejarah panjang di negara ini dan terkait dengan elit polisi dan militer, atau dengan persaingan antara partai politik daerah dan nasional. Aktor-aktor yang terikat pada negara memiliki kendali yang besar terhadap pasar kriminal di Indonesia, dan korupsi merajalela baik di tingkat nasional maupun regional. Petugas penjara dan petugas pengawas perbatasan diyakini memfasilitasi operasi perdagangan narkoba. Aktor-aktor yang melekat pada negara juga tampaknya mempengaruhi proses demokrasi dengan membeli suara untuk memperoleh posisi politik yang strategis.
Jaringan kriminal sangat penting di Indonesia dan diyakini terlibat dalam berbagai bentuk kejahatan terorganisir, termasuk perdagangan narkoba, perdagangan manusia, dan terorisme. Jaringan tersebut seringkali mempengaruhi proses demokrasi dengan berpartisipasi dalam kampanye politik dan membeli suara. Jaringan kriminal perdagangan manusia diyakini banyak terdapat di daerah pedesaan, khususnya di wilayah timur Indonesia. Aktor kriminal asing banyak terlibat dalam perdagangan manusia dan pasar narkoba di Indonesia. Organisasi Tiongkok dan Myanmar dilaporkan mendanai produksi metamfetamin di Myanmar dan mengangkut obat-obatan tersebut melalui Malaysia ke Indonesia. Pelaku kriminal asing dan lokal di Indonesia dikabarkan memiliki tingkat interaksi yang tinggi. Perusahaan swasta menguasai sebagian besar wilayah negara, seringkali membayar polisi dan militer untuk menjaga konsesi mereka di bidang pertambangan dan industri penebangan kayu, yang mengakibatkan penganiayaan terhadap masyarakat lokal.
Terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat, jika ada pertanyaan, saran dan kritik bisa disampaikan melalui komentar atau email penulis (About me), thats it see you, tq :)
Referensi :
bps.go.id
ocindex.net