Apa Itu Standar Hidup Layak BPS !?
Apa itu standar hidup layak yang banyak di perbincangkan? dari segi bahasa terlihat seperti sebuah standar layak atau tidak. Namun jika itu dimensi pembentuk IPM maka lain maksudnya.
Oke kita awali dulu kronologi perkara Standar Hidup Layak ini..
IPM merupakan sebuah indeks yang banyak digunakan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat, perhitungannya pun sudah biasa di dunia Internasional, begitu pula BPS mengacu perhitungan sesuai ketentuan UNDP yang dipakai secara Internasional. Nah dalam perhitungan indeks ini, sebagaimana yang banyak dipelajari di ilmu statistik dengan metode tertentu, bobot nya juga beragam dan sebagainya, silakan pelajari sendiri....
Nah didalam pembentukan indeks ada dimensi-dimensi yang membentuk nya yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Kemudian disetiap dimensi ada indikator yang membentuk nya juga.

Mari kita cermati dimana letak standar hidup layak ini!
Yup bisa diliat standar ini merupakan salah satu dimensi yang tidak tau angka layaknya berapa, jadi jelas angka yang beredar di media massa, bukan angka standar hidup layak yang dimaksud orang-orang, yah missleading bisa jadi, media tinggal kutip dan beropini, maka tidak masalah, dan mungkin ini jadi evaluasi bagi BPS agar mampu menyampaikan ke masyarakat yang rumit menjadi mudah, optimis pendidikan dan pemahaman Indonesia terus meningkat.
Lantas apa 1.02 juta itu?
Yup 1.02 juta itu merupakan rata-rata pengeluaran per kapita penduduk Indonesia. poin ini harus diingat dulu! Tidak ada klaim yang mengatakan pengeluaran segini layak atau bagus dan sebagainya ya.
Oke lanjut, kemudian apa itu rata-rata pengeluaran per kapita? Yup bener sekali rata-rata pengeluaran 1 orang/1 kepala di Indonesia, membagi total pengeluaran untuk konsumsi dengan jumlah anggota rumah tangga. jadi klo di rumah tangga ada 4 orang maka 1,02 dikali 4 sekitar 4,08 juta dalam satu rumah tangga untuk konsumsi sehari-hari. Buset dikit banget 1 orang cuma segitu..., sebenernya kalau di analogikan rumah tangga mungkin masuk akal.
Tapi iya bener banget, itu dikit banget dan menunjukkan klo penduduk Indonesia belum sejahtera, itu lah ironinya, kita masuk G20 (20 PDRB tertinggi) tapi tidak banyak media yang mempublish pengeluaran per kapita atau PDB per kapita kita, yang menunjukkan kita belum sejahtera. Nilai itu bisa disebabkan oleh ketimpangan yang besar, penduduk miskin yang juga cukup tinggi, inflasi dan sebagainya, dan faktanya PDB Per Kapita Indonesia berada di peringkat ke-5 di ASEAN pada tahun 2023.
Makanya aneh kalau ada "citra baik" pemerintah dan sebagainya, justru dengan keluarnya angka itu terpampang jelas buruknya kita, kita belum sejahtera. tapi entah bagaimana hebatnya, makna nya justru jadi berkebalikan. Masyarakat nya sudah tau angkanya tapi malah tidak bisa memahami keburukan itu, sungguh senang jadi pemerintah Indonesia, baik buruknya negara kita masyarakat ga paham, cukup digiring dengan sesuatu yang instan maka jadilah sebuah pemahaman yang kadang salah.
BPS hanya mempublish data dan menyebarkan sesuai dengan keilmuan yang benar, tapi mungkin begini, BPS punya data baik buruknya negara ini, semua baik buruk itu sebenarnya sudah mereka publish di publikasi, web dan sebagainya, tapi tak banyak orang yang peduli dengan publikasi dan data sebanyak itu, akhirnya yang sampai ke masyarakat biasanya yang sengaja di frame baik oleh pihak tertentu. misal saat kemiskinan meningkat, jelas angka itu dapat ditemui di data BPS, tapi di berita-berita tidak ada, namun saat kemiskinan menurun tentu di data BPS juga ada, tapi di berita sedang viral.
Itu lah penting nya membaca data secara benar, agar di dunia ini kita tidak tergiring sesuatu yang salah dari opini pemerintah, opini komunitas, opini sekelompok orang, atau opini seseorang.
bps.go.id
Tempo.co
katadata.co.id